Empat Lawang UKN
Suasana Sabtu
pagi, 9 Agustus 2025, di SD Negeri 9 Pendopo Barat, Kabupaten Empat Lawang,
Sumatera Selatan, terasa berbeda dari biasanya. Ratusan pelajar berseragam rapi
terlihat penuh semangat, bersiap menunjukkan bakat dan kecintaan mereka
terhadap bahasa ibu dalam sebuah ajang bergengsi Lomba Revitalisasi Bahasa Ibu.
Baca Juga : Dana Hibah KONI 2023, seret 30 saksi dan Uang Rp250 Juta Diamankan oleh Kejari Lahat
BacaJuga : Ini loh kronologis kasus CSR BI dan OJK yang melibatkan legeslator RI
Baca Juga: Bupati Pati naikan PPB 250% di demowarga
![]() |
foto Dok. KKKS Pobar |
Dengan mengusung
tema besar Kepahlawanan, Ketuhanan, dan Kebudayaan Daerah, lomba ini tidak
hanya menjadi arena kompetisi, tetapi juga sarana menghidupkan kembali bahasa
dan budaya lokal di tengah derasnya arus globalisasi.
“Tujuan utama
lomba ini adalah untuk melestarikan bahasa dan budaya daerah, sekaligus
menumbuhkan rasa bangga generasi muda terhadap warisan leluhur,” ujar Ardian
dengan antusias.
Stand up comedy menjadi salah satu cabang yang paling menyedot perhatian. Para peserta tak hanya harus lucu, tapi juga kreatif menyisipkan pesan moral dan nilai budaya melalui bahasa daerah masing-masing. Sorakan dan tawa penonton pun pecah ketika beberapa pelajar dengan percaya diri melontarkan guyonan khas daerah yang penuh makna.
Ardian
menambahkan, pemenang di setiap cabang lomba akan diumumkan pada upacara 17
Agustus 2025 di tingkat kecamatan nanti.
Juara pertama dari masing-masing kategori nantinya akan mewakili Pendopo
Barat pada lomba serupa di tingkat kabupaten.
“Ini bukan hanya
soal menang atau kalah, tapi tentang keberanian anak-anak kita menggunakan
bahasa daerah dengan percaya diri di panggung. Kalau mereka bisa bersinar di
sini, peluang untuk bersaing di tingkat kabupaten bahkan provinsi sangat
terbuka,” kata Ardian.
Menariknya,
seluruh pendanaan kegiatan ini dilakukan secara swadaya oleh pihak sekolah
masing-masing. Hal ini tidak menyurutkan semangat, bahkan justru memupuk rasa
gotong royong antar guru dan kepala sekolah.
Guru, siswa, dan
orang tua bekerja sama mempersiapkan kostum, properti, hingga bekal makanan
untuk para peserta. Dukungan masyarakat sekitar juga terlihat jelas, dengan
hadirnya warga yang ikut menonton dan memberikan semangat langsung di lokasi
lomba.
Di era ketika
bahasa daerah kian jarang digunakan oleh generasi muda, lomba ini menjadi
langkah konkret untuk membalik keadaan. Melalui kompetisi yang dikemas kreatif,
anak-anak tidak hanya belajar berbicara dalam bahasa ibu, tetapi juga
menggunakannya untuk menyampaikan ide, emosi, dan humor.
“Kalau kita tidak
mulai sekarang, bisa-bisa bahasa daerah akan punah di generasi berikutnya.
Lomba ini adalah upaya nyata agar warisan bahasa dan budaya tetap hidup,” tutup
Ardian.
Dengan gelak
tawa, tepuk tangan, dan semangat juang yang membara, Lomba Revitalisasi Bahasa
Ibu di Pendopo Barat tidak hanya menjadi hiburan, tapi juga menjadi saksi bahwa
bahasa daerah masih memiliki tempat istimewa di hati generasi penerus bangsa.
(TIM)
0 komentar:
Post a Comment