Pati UKN
Upacara peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten
Pati, Minggu (17/8/2025), berlangsung dengan suasana berbeda dari biasanya.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini bukan Bupati Pati Sudewo yang
menjadi inspektur upacara (irup), melainkan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj
Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin. Kehadiran Gus Yasin sekaligus
menimbulkan pertanyaan publik, kemanakah Bupati Sudewo?
![]() |
foto istimewah |
1. Bupati Empat Lawang Pimpin Upacara HUT RI ke-80
tahun 2025, Begini Momen Haru yang Bikin Bangga
2. Terungkan banyak pemda yang kurang peduli terhadap skor SPI KPK
3. Korupsi Musuh Bersama Integritas Harga Mati.
4. Pemkot Lubuk Linggau naikan PBB 200 %, warga mengeluh
Pantauan awak media, di halaman
Kantor Bupati Pati dipadati ASN, Forkopimda, pelajar, hingga masyarakat umum.
Wakil Bupati Risma Ardhi Chandra tampak hadir, mendampingi jalannya acara.
Namun, sosok Bupati Sudewo tak terlihat. Belakangan diketahui, Sudewo
dikabarkan sakit hingga tidak dapat mengikuti prosesi sakral tahunan tersebut.
“Info yang saya terima beliau sakit. Jadi penugasan saya dari Gubernur
Jawa Tengah untuk menggantikan beliau,” ujar Gus Yasin selepas upacara.
Meski Gus Yasin memastikan absennya Sudewo karena sakit, detail penyakit
maupun lokasi perawatan tidak diungkapkan. Hal ini memicu beragam spekulasi.
Terlebih, absennya seorang bupati dalam momen penting kenegaraan seperti
peringatan 17 Agustus jarang terjadi, sehingga wajar bila publik mempertanyakan
kondisi kesehatan Sudewo yang selama ini dikenal aktif turun langsung ke
masyarakat.
Baca Juga :
1. Ogan Ilir memanasi ! Masyarakat demo di mapolres Ogan Ilir
2. Bupati Empat Lawang Bongkar Pasar Pulau Mas
3. Membongkar Pola Gelap Korupsi Haji. Jejak Yaqut dan Skema Kuota Emas yang Rugikan Jemaah
Masih menurut penuturan Gus Yasin, dirinya menerima penugasan langsung
dari Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi. “Ya kemarin saya dikasih tahu Pak
Gubernur, beliau (Sudewo) tidak bisa ikut upacara 17 Agustus karena sedang
tidak baik, sakit. Sehingga saya diutus untuk menjadi irup,” jelasnya.
Namun, tanpa penjelasan lebih rinci, kabar sakit ini meninggalkan ruang
kosong yang diisi dengan berbagai tafsir. Di media sosial, sejumlah warga
mempertanyakan apakah sakit yang dialami Sudewo cukup serius, mengingat
beberapa hari sebelumnya ia dikabarkan masih aktif mengikuti kegiatan.
Kehadiran Gus Yasin di Pati bukan hanya soal menggantikan bupati yang
berhalangan. Ada konteks yang lebih dalam yaitu kondisi Pati pasca aksi unjuk rasa besar pada
13 Agustus 2025. Demo tersebut mengguncang stabilitas daerah, sehingga
kehadiran perwakilan pemerintah provinsi di momentum 17 Agustus menjadi simbol
penting.
“Ini bentuk kepedulian pemerintah provinsi agar situasi di Pati tetap
kondusif. Saya melihat kondisi sudah semakin baik,” kata Gus Yasin.
Ucapan itu seolah menegaskan bahwa agenda peringatan kemerdekaan tidak
sekadar seremoni, tetapi juga momentum rekonsiliasi sosial-politik di tingkat
lokal. Pati memang tengah menjadi sorotan pasca demonstrasi yang menuntut
transparansi kebijakan daerah.
Dalam pidatonya, Gus Yasin juga menekankan pentingnya roda pemerintahan
tetap berjalan normal. Ia memberi semangat kepada Wakil Bupati Risma Ardhi
Chandra dan jajaran ASN agar tidak terpengaruh absennya Bupati.
“Pemerintahan tidak boleh berhenti karena masyarakat menunggu pelayanan.
ASN harus tetap mengabdi, pembangunan harus jalan terus,” tegasnya.
Pernyataan ini seolah memberi sinyal bahwa pemerintah provinsi mengawasi
langsung jalannya roda pemerintahan di Pati. Meski Bupati Sudewo absen,
birokrasi dituntut tetap bekerja optimal, bahkan harus lebih giat menghadapi
situasi pasca demo.
Absennya Bupati di momen sebesar 17 Agustus tentu menimbulkan persepsi
publik yang beragam. Ada yang memahami alasan sakit sebagai hal manusiawi,
namun tak sedikit pula yang mengaitkan dengan isu politik atau tekanan
pascademo. Terlebih, komunikasi resmi terkait kondisi Sudewo masih minim.
Dalam kacamata publik, pejabat daerah bukan hanya pemegang jabatan
administratif, tetapi juga simbol kehadiran negara di daerah. Ketidakhadiran
Sudewo membuat sebagian warga merasa ada kekosongan simbolik di perayaan HUT RI
tahun ini.
Bagi Gus Yasin, kesempatan menjadi irup di Pati bisa dimaknai sebagai
momen politik. Putra ulama kharismatik almarhum KH Maimoen Zubair ini
memanfaatkan panggung kenegaraan untuk menunjukkan peran aktifnya sebagai figur
Jawa Tengah yang dekat dengan masyarakat.
Apalagi, Pati merupakan daerah strategis dengan dinamika politik yang
cukup hangat. Kehadiran Gus Yasin di tengah ketidakpastian kondisi Bupati bisa
dibaca sebagai sinyal bahwa pemerintah provinsi siap turun tangan memastikan
stabilitas daerah.
Meski upacara berjalan khidmat, pertanyaan besar tetap menggantung:
bagaimana kondisi Bupati Sudewo sebenarnya? Publik Pati menanti klarifikasi
resmi dari pihak keluarga maupun Pemkab Pati. Keterbukaan informasi soal
kesehatan pejabat publik penting untuk mencegah spekulasi liar yang bisa
memengaruhi stabilitas politik daerah.
Sementara itu, Gus Yasin menutup pernyataannya dengan pesan optimistis.
“Mari tatap ke depan, songsong masa depan. Masyarakat Pati harus semakin
sejahtera,” ucapnya.
Namun bagi sebagian warga, pesan optimisme itu masih dibayangi rasa penasaran, benarkah Sudewo hanya sakit biasa, atau ada dinamika lain yang membuatnya absen di hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia? (TIM)
0 komentar:
Post a Comment